BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Karena
pada hakekatnya aktivitas bermain dengan konsep penjas sangat memperhatikan
adanya perbedaan dalam kemampuan fisik, psikis maupun sosial dan emosional
peserta didik, sehingga dalam implementasi pembelajaran apapun di lapangan,
harus mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut.
Maka
dari itu, penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh masalah tersebut
melalui sebuah makalah dengan mengambil judul “Hakekat Bermain Dan Olahraga
Dalam Nilai Filsafat”
Dalam pembelajaran yang kami kaji tentang hakekat bermain dan olahraga, konsep
dasar olahraga ,konsep dasar pendidikan jasmani, perbedaaan dan persamaan
antara pendidikan jasmani dan olahraga,makna olahraga
pendidikan,rekreasi,prestasi, serta menguraikan makna olahraga kesehatan atau
rehabilitas. Setelah mempelajari pembahasan ini diharapkan dapat membantu pembaca
dalam pemahaman tentang hakekat bermain dan olahraga dalam nilai filsafat
B. Batasan Masalah
1. Konsep
dasar bermain
2. Konsep
dasar olahrga
3. Konsep
dasar pendidikan jasmani
4. Perbedaan
dan persamaan antara pendidikan jasmani dengan olahraga
5. Makna
olahraga pendidikan
6. Makna
olahraga prestasi
7. Makna
olahraga kesehatan atau rehabilitas
C. Rumusan Masalah
Sesuai
dengan latar belakang masalah tersebut diatas penulis ingin merumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Pengertian konsep dasar bermain?
2.
Pengertian konsep dasar olahraga?
3.
Pengertian konsep dasar pendidikan
jasmani?
4.
Apa perbedaan dan persamaan pendidikan
jasmani dan olahraga?
5.
Apa makna dari olahraga pendidikan?
6.
Apa makna dari olahraga prestasi?
7.
Bagaiman makna olahraga kesehatan atau
rehabilitas?
D.
Tujuan Makalah
Adapun
tujuan makalah ini dibuat adalah untuk sebagai berikut :
1. Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah dan Filsafat Olahraga
2. Bisa
mengetahui hakekat bermain dan olahraga dalam nilai filsafat
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. HAKEKAT
BERMAIN
Winning or Losing is not
important. It as about how to play!
The student are the centre (not
sport). We’ll start thinking from the cetral idea of the games and so we’ve to
make modified games (Mr. Bart Crum, Mr. Jorg Radstake and Mr. Mart
Regterschot UPI - Bandung Indonesia, February 20 – March 3, 2006)
Dalam aktivitas pendidikan
jasmani yang berkaitan dengan proses pembelajaran atau keterlibatan peserta
didik dalam permainan, ungkapan kalimat di atas dapat dijadikan sebagai MOTTO
bahwa:
MENANG
ATAU KALAH TIDAKLAH PENTING.
INI
ADALAH TENTANG CARA BERMAIN.
SISWA
ADALAH SEBAGAI PUSAT (BUKAN OLAHRAGANYA). KITA AKAN MULAI BERPIKIR DARI PUSAT
PERMAINAN/GAGASAN POKOK PERMAINAN, OLEH KARENA ITU KITA DAPAT MEMBUAT
MODIFIKASI-MODIFIKASI DALAM PERMAINAN-PERMAINAN TERSEBUT.
Dalam ”konteks”
pembelajaran pendidikan jasmani, ”menang atau kalah tidaklah penting”, yang
penting adalah tentang bagaimana peserta didik tersebut dapat terlibat aktif
dan mendapatkan kesenangan serta kepuasan dalam permainan tersebut. Apapun
bentuk aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik, mereka harus pernah
mendapatkan keberhasilan menurut perasaan mereka atau menurut pendapat olang
lain sekalipun.
1.1
Definisi Bermain
Berdasarkan pengamatan,
pengalaman dan hasil penelitian para ahli, bahwa bermain mempunyai arti sebagai
berikut :
Ø Anak mengembangkan potensi-potensinya yang ada padanya
Ø Memberikan peluang untuk berkembang seutuhnya, baik
fisik, intelektual, bahasa dan perilaku (psiksososial dan emosional)
Ø Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca
indrahnya sehingga terlatih dengan baik
Ø Secara ilmiah memotivasi anak untuk mengetahui lebih
dalam lagi.
1.2
Pengertian Bermain Dan Permainan
Bagi Anak
Permainan merupakan istilah yang
digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling
tepat ialah setiap kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil
akhir. Bermain dilakukan secara suka reladan tidak ada paksaan atau tekanan
dari luar atau kewajiban.(Brooks, J.B. and D.M.
Elliot.HumanDevelopment,1971,14,15-6) Piaget menjelaskan bahwa
bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.” Menurut Bettelheim
kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak
mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan Handout Materi Permainan
Edukatif”
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai
hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang
tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain
bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain
dapat ditemukan di dalam keduanya.
Konsep
Bermain = Tidak ada paksaan dengan senang hati.
Huizingga
(1950) 4 ciri pokok bermain
1.
Bebas & sukarela (tidak berlaku bagi
anak-anak dan hewan)
2.
Bermain bukan kehidupan bisa / nyata (
bermain sungguh-sungguh tapi tak sungguh-sungguh / tidak sportifitas)
3.
Terutama tempat dan waktu
4.
Tidak mencari keuntungan materi
Roger
Cailois (1955) Jenis-jenis Permainan
1.
Agon :
Mencangkup semua pertandingan / perlombaan yang
mempunyai tujuan kemenangan.
2.
Alea :
Permainan yang dimaikan dadu / untung-untungan,pasif,
tidak memerlukan keterampilan, kecerdasan,
otot.
3.
Mimikri :
Adanya kebebasan,tidak ada paksaan, adanya waktu dan \
Ruang.
4.
Ilinx :
Permainan yang mencerminkan keinginan untuk bergerak
bertualang dalam bentuk gerak dinamis
B. KONSEP DASAR OLAHRAGA
Olahraga adalah kegiatan fisik manusia
yang berpengaruh terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang menuntut
kegiatan fisik tertentu untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk
permainan atau pertandingan/ perlombaan.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk
bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang
bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang
menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi,
pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga
melibatkan aktivitas kompetitif.
2.1 Pengertian olahraga menurut kata asalnya
Olahraga atau
sport berasal dari bahasa latin yaitu disportore artinya dis adalah terpisah,
portore adalah membawa. Jadi pengertiannya membawa dirinya terpisah dari gangguan.
2.2 Menurut kamus umum bahasa indonesia
Olahraga
adalah latihan gerak badan.Olah berarti laku atau perbuatan dan raga berarti
badan
2.3
Hakekat Olahraga
Filsafat
olahraga, seperti filsafat lainnya, dalam olahraga ada beberapa konsep yang
perlu dikaji dan dipahami secara mendalam. Konsep ini bersifat abstrak yaitu
‘mental image’. Walau kita tahu bahwa konsep ini abstrak, tetapi didalam konsep
ini ada makna tertentu, walau perbedaan makna pada setiap individu berbeda-beda
tentang ini.
Konsep dasar tentang
keolahragaan beragam, seperti bermain (play), Pendidikan
jasmani (Physical education), olahraga (Sport), rekreasi (recreation), tari
(dance).
Bermain
(play) adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk bermain (homo luden),
bermain suatu kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa.
Olahraga
(sport) yang merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet
memperagakan kemampuan geraknya (performa) dan kemauannya semaksimal mungkin,
akan tetapi perkembangan teknologi memungkinkan faktor mesin menjadi
techno-sport, seperti balap mobil, balap motor, yang banyak tergantung dengan
faktor mesin.
C. KONSEP PENDIDIKAN JASMANI
Konsep pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari
proses pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani buakan hanya dekorasi atau
ornamen yang di tempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak
sibuk. Tetapi pendidikan jasmani adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui
pendidikan jasmani yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan
keterampilan yang berguna bagi waktu senggang,terlibat dalam aktivitas yang
kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan
menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.
Namun pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan,
yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting.
Oleh karane itu, pelajaran pendidikan jasmani tidak kalah penting dibandingkan
dengan pelajaran lain seperti : Matematika, Bahasa, IPS dan IPA, dan lain-lain.
Namun demikian tidak semua guru pendidikan jasmani menyadari hal tersebut,
sehingga banyak anggapan bahwa pendidikan jasmani boleh dilaksanakan secara
serampangan.
Apakah sebenarnya pendidikan jasmani dan apa
tujuannya? Secara umum pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai berikut:
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau
olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.
|
Definisi di atas mengukuhkan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian tak
terpisahkan dari pendidikan umum. Tujuannya
adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya.
Pencapaian tujuan tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak yang
sesuai dengan karakteristik anak.
Ada 3 hal penting yang bisa menjadi sumbangan unuk dari
pendidikan jasmani (Dauer and Pangrazy, 1992). Yaitu :
1.
Meningkatkan kebugaran jasmani dan
kesehatan siswa
2.
Meningkatkan terkuasainya keterampilan
fisik yang kaya,serta
3.
Meningkatkan pengertian siswa dalam
prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkanya dalam praktik
Adakah pelajaran lain ( seperti
bahasa, Matematika atau IPS ) yang bisa menyambungkan kemampuan-kemampuan
seperti tersebut untuk aspek penting dari pendidikan jasmani, dasar pemikiran
seperti berikut perlu dipertimbangkan.
D. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ANTARA
PENDIDIKAN JASMANI DENGAN OLAHRAGA
Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan
hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih
dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari.
Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami
peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.
Antara pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah bila diperbandingkan
dapat dilihat berdasarkan tabel dibawah ini:
3.1 Tabel 1. Perbedaan Pendidikan Jasmani
dan Olahraga di Sekolah
Pendidilkan Jasmani
|
Olahraga
|
Objek: Seluruh siswa
|
Objek: Siswa yang berminat/berbakat dalam cabang olahraga tertentu, calon
atlet/atlet
|
Subjek: Guru
|
Subjek: Pelatih
|
Tujuan: Untuk mencapai tujuan pendidikan
|
Tujuan: Untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya
|
Materi: Semua aktivitas fisik/gerak (termasuk olahraga)
|
Materi: Cabang-cabang olahraga
|
Sasaran: Aktivitas fisik/gerak sebagai alat
|
Sasaran: Terkuasainya cabang olahraga tertentu/yang diminati
|
Sifat: Wajib
|
Sifat: Sukarela
|
Waktu pelaksanaan: Intrakurikuler
|
Waktu pelaksanaan: Ekstrakurikuler
|
Pendidikan
jasmani adalah kegiatan jasmani yang disajikan sebagai bagian
dari kegiatan kurikuler, yang dipergunakan sebagai media (wahana) bagi proses
pendidikan. Pendidikan adalah mengembangkan :
·
Dominan kognitif, yaitu kemampuan
penalaran,pengayaan pengetahuan/keilmuan dan keluasan wawasan, khusnya yang
dapat dicapai melalui penyajian olahraga
intrakulikuler.
·
Dominan afektif, yaitu pola sikap siswa,
yang terdiri dari :
-
Sikap rohaniyah meliputi : aspekm
mental, intlektual, dan spiritual
-
Sikap sosial yang sesuai dengan
pengetahuan baru yang di prolehnya, yang sesuai dengan norma sosial kehidupan
masyarakat, yang di proleh melalui pendidikan jasmani. Pandidikan jasmani
adalah pendidikan dengan pendekatan pada aspek sejahtera jasmani,sejahtra
rohani, dan sejahtera sosial melalui kegiatan jasmani, untuk menghasilkan
manusia-manusia yang santun, bukan bobotoh (supporters) olahraga yang merusak
·
Dominan psikomotor, yaitu pola prilaku
siswa sehari-hari yang sesuai dengan
pengetahuan baru dan pola sikap baru yang telah di prolehnya melalui pengalaman
dan peran sertanya dalam proses pendidikan jasmani dan olahraga
Olahraga
adalah kegiatan jasmani untuk pembelajaran dan pelatihan
jasmani,yaitu kegiatan jasmani untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan
keterampilan gerak dasar.
3.2 Persamaan Penjaskes dan Olahraga
·
Membina
mutu sumber daya manusia (anak) seutuhnya untuk masa kini maupun untuk masa depan, untuk
mendapatkan manusia yang sehat/bugar seutuhnya atau sejahtera seutuhnya, yaitu
sehat jasmani,rohani,dan sosial sesuai rumusan sehat WHO
·
Anak
yang berolahraga dan terus berolahraga dalam cabang olahraga pilihannya adalah
atlet elite masa depan. Oleh karena
itu para pembina olahraga anak dan khusnya para guru penjas-Or di sekolah, tidak boleh membuat anak menjadi frustasi
dalam olahraga. Tidak boleh ada
kebencian anak terhadap olahraga. Hal ini menjadi tanggung jawab guru penjas-Or
E.
OLAHRAGA PENDIDIKAN
`Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan
ini adalah : “Apakah pendidikan jasmani?” Pertanyaan yang cukup aneh ini justru
dikemukakan oleh yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut.
Hal tersebut mungkin terjadi karena pada waktu
sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru penjas, melainkan guru
pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama
mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata
pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984,
menjadi pelajaran “pendidikan jasmani dan kesehatan” (penjaskes) dalam
kurikulum1994.
Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber
belajar yang menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya
sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki
perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal muatan filosofis dari
kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun berbeda pula.
Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani ?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat
gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan,
permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk
mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal ini
dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan
keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan
sosial.
Adapun pendidikan olahraga adalah
pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.
Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai
keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘ dari
pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani
pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan
olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran.
Yang sering terjadi pada pembelajaran ‘pendidikan
olahraga‘ adalah bahwa guru kurang memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid.
Jika siswa harus belajar bermain bola voli, mereka belajar keterampilan teknik
bola voli secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih
ditekankan, sementara tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan
kemampuan anak kurang diperhatikan.
Guru demikian akan berkata: “kalau perlu tidak usah
ada pentahapan, karena anak akan dapat mempelajarinya secara langsung. Beri
mereka bola, dan instruksikan anak supaya bermain langsung”. Anak yang sudah
terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang belum terampil belajar
dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi. Untuk pengajaran
model seperti ini, ada ungkapan: “Kalau anda ingin anak-anak belajar renang,
lemparkan mereka ke kolam yang paling dalam, dan mereka akan bisa sendiri“
Tabel di bawah menekankan perbedaan antara pendidikan jasmani dengan
pendidikan olahraga.
4.1 Tabel 2. Perbedaan Pendidikan Jasmani
dan Pendidikan Olahraga.
Pendidikan
Jasmani
|
Pendidikan
Olahraga
|
·
Sosialisasi atau mendidik via olahraga
·
Menekankan perkembangan kepribadian menyeluruh
·
Menekankan penguasaan keterampilan dasar.
|
·
Sosialisasi atau mendidik ke dalam olahraga
·
Mengutamakan penguasaan keterampilan berolahraga
·
Menekankan penguasaan teknik dasar
|
Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan
cara demikian. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan
bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan.
F.
OLAHRAGA REKREASI
Olahraga Rekreasi adalah suatu kegiatan olahraga yang dilakukan pada
waktu senggang sehingga pelaku memperoleh kepausan secara emosional seperti
kesenangan, kegembiraan, kebahagian, serta memperoleh kepuasan secara
fisik-fisiologis seperti terpeliharanya kesehatan dan kebugaran tubuh, sehingga
tercapainya kesehatan secara menyeluruh.
5.1 Tujuan Rekreasi Olahraga
Tujuan rekreasi
olahraga adalah
Ø Pengisi
waktu luang
Ø Pelepas
lelah, kebosanan dan kepenatan
Ø Sebagai
imbangan subsisten activity (kegiatan pengganti/pelengkap), contoh pendidikan
dan pekerjaan/bekerja
Ø Sebagai
pemenuh fungsi sosial (fungsi sosial ini dilakukan untuk kegiatan berkelompok
serta rekreasi aktif).
Ø Untuk
memperoleh kesegaran jasmani dengan olahraga yang menyenangkan
Ø Memperoleh
kesenangan dengan cara berolahraga
Ø Memperkenalkan
olahraga bahwa olahraga itu menyenangkan
5.2 Sasaran Rekreasi Olahraga
Sasaran
rekreasi olahraga yaitu semua kalangan masyarakat, olahraga sesuai dengan usia
contoh hiking dilakukan oleh anak usia dewasa bukan dilakukan untuk anak kecil.
Dan untuk anak kecil dapat disesuaikan dengan gerak yang dibutuhkan usia anak
kecil.
5.3 Manfaat Rekreasi bagi kesehatan
Peneliti telah menunjukkan liburan ternyata sangat
dianjurkan oleh para dokter karena memiliki pengaruh terhadap peningkatan
kesehatan:
1.
Hidup lebih lama
Suatu penelitian yang dilakukan terhadap 749 wanita yang berumur 45-64
tahun di Amerika menunjukkan baik ibu rumah tangga maupun wanita kerja yang
mengambil liburan memiliki peningkatan signifikan dalam penurunan serangan
jantung. Ibu rumah tangga yang mengambil liburan sekali dalam enam tahun atau
kurang memiliki hampir dua kali resiko timbulnya serangan jantung dibanding
yang berlibur dua atau lebih per tahun.
2.
Menjaga sel otak
James Sands dari South Coast Institute for Applied Gerontology meneliti 112
wanita yang berumur 65-92 dan menemukan ada suatu hubungan antara rutinitas
hidup yang banyak dengan menurunnya fungsi intelektual. Meskipun ada hubungan
positif antara liburan dengan fungsi intelektual.
3.
Meningkatkan kepuasan hidup
Linda Hoopes dan John Lounsbury, peneliti Departemen Psikologi Universitas
Tennessee mensurvey 128 pegawai sebelum dan sesudah liburan. Mereka menemukan
ada suatu peningkatan dalam kepuasan hidup setelah liburan.
4.
Menurunkan ketegangan
Stress eksternal dan kegiatan kehidupan baik di tempat kerja atau rumah
dapat membuat seseorang merasa gembira atau stress. Gejala-gejalanya termasuk
perasaan lelah, tidak memiliki dorongan, tidak tertarik melakukan sesuatu,
tidak antusias dan bahkan perasaan takut. Peneliti dari Departemen Psikologi
Universitas Tel Aviv. Mina Westman dan Dove Eden menemukan perasaan tertekan
dalam 76 pegawai menurun signifikan selama liburan.
5.
Memperbaiki kehidupan keluarga
Dilaporkan dalam An experiment in leisure (Science Journal, 1968), W.J.
Kaiser menganalisa respon dari 390 pegawai pabrik baja yang melakukan liburan
selama 13 minggu. Ia menemukan liburan ternyata dapat memberikan keuntungan
bagi kehidupan keluarga. Para pekerja dilaporkan lebih tertarik dan berbagi
kegiatan dengan pasangan dan anak-anak mereka.
G.
OLAHRAGA PRESTASI
Olahraga prestasi adalah
kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profisional dengan tujuan
untuk memproleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga merupakan olahraga
prestasi. Para olahragawan atau atlit yang menekuni cabang-cabang olahraga
dengan tujuan untuk mencapai prestasi baik pada tingkat daerah,nasional,maupun
internasional, disyaratkan memiliki kebugaran dan harus memiliki keterampilan
pada cabang olahraga yang lebih baik dibandingkan dengan rata-rata non atlet.
Olahraga kecabangan
yang bersifat prestatif perlu dikembangkan namun sebagian materi
ekstrakurikuler, sebagai pilihan untuk
menyalurkan bakat dan minat siswa/santri terhadap suatu cabang olahraga.
H.
OLAHRAGA KESEHATAN ATAU REHABILITAS
Kesehatan
merupakan landasan/dasar kondisi fifik yang sangat diperlukan bagi keberhasilan
melaksanakan pekerjaan . oleh karena itu, perlu ada pembinaan dan pemeliharaan
kesehatan. Pembinaan kesehatan meliputi pembinaan kesehatan jasmani, kesehatan
rohani, dan kesehatan sosial, yang merupakan konsep sehat paripurna sesuai konsep sehat WHO.
Olahraga
Kesehatan adalah olahraga untuk memelihara dan atau
untuk meningkatkan derajat kesehatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat dikala diam (statis) tetapi juga
sehat serta mempunyai kemampuan gerak yang dapat mendukung setiap aktivitas
dalam prikehidupannya (sehat dinamis).
Konsep olahraga kesehatan adalah padat
gerak, bebas stress, singkat (cukup 10-30 tanpa henti), adekuat, masal, murah,
mudah, dan fisologis (bermanfaat dan aman)
Olahraga Kesehatan akan
menghasilkan perubahan-perubahan pada aspek jasmani, rohani, maupun sosial. Perubahan pada aspek jasmani dari olahtaga kesehatan akan menghasilkan
perubahan-perubahan pada unsur pelaksana gerak (ES-I) dan unsur pendukung gerak
(ES-II)
Unsur pelaksana gerak terdiri dari :
-
Kerangka beserta persendianya
-
Otot-otot serta tendonya
-
Susunan saraf
Unsur
pendukung gerak terdiri dari ;
-
Darah beserta cairan tubuh
-
Pernapasan
-
Jantung dan peredaran darah
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Inti
dari kegiatan dalam bidang keolahragaan adalah bermain,pendidikan jasmani,
olahraga, rekreasi, tari dan gerak insani. Semua kegiatan tersebut memiliki
ciri yang sama yaitu mengandung kegiatan fisik, berbentuk permainan, berusaha
untuk selalu lebih baik, dilakukan dengan semangat. Kenyataanya tidak semua
cabang olahraga memenuhi ciri tersebut.
Maka
olahraga dibagi berdasarkan sifat atau tujuanya yaitu :
Olahraga Prestasi Olahraga sebagai tujuan
Olahraga Rekreasi
Olahraga kesehatan Olahraga sebagai
alat untuk mencapai tujuan
Olahraga Pendidikan
Gerak
adalah ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak . apa guna hidup bila tak mampu
bergerak. Olahraga adalah serangkaian gerak
raga yang teratur dan terencana untuk keperluan berbagai tujuan (pendidikan, kesehatan, rekreasi, prestasi)
DAFTAR
PUSTAKA
H.
Js Husdarta, Manajemen pendidikan jasmani: Alfabeta Bandung 2009
Prof.H.Y.S.
Santoso Giriwijoyo, Ahli ilmu faal dan ilmu faal Olahraga : Rosda Bandung 2012
Dr.
Dikdik Zaafar Sidik, M.Pd , Ahli Pendidikan Olahraga : Rosda Bandung 2012
Dini
Rosdiani, M.Pd , Model Pembelajaran Langsung dalam Penjaskes : Alfabeta Bandung
2012
Prof.
Dr.H.J.S Husdarta, M.Pd , Sejarah dan Filsafat Olahraga : Alfabeta Bandung 2011